Keadilan Sosial Menurut Kitab Suci

Keadilan sosial juga merupakan dasar isme fundamental dalam bernegara di Indonesia, ini merupakan butir dari konsensus demokrasi terpimpin, tapi meskipun menjadi cita-cita berbangsa dan bernegara hal ini seperti semakin sulit digapai.

Keadilan Sosial menurut Kitab Suci

Tanggal 20 Februari diperingati sebagai World Day of Social Justice atau Hari Keadilan Sosial Sedunia, hari ini diresmikan PBB pada sejak 26 November 2007 lalu. Melalui peringatan ini, PBB mengajak seluruh dunia agar mencerminkan keadilan melalui pekerjaan, perlindungan sosial, dialog sosial, prinsip-prinsip dan hak dasar di tempat kerja.


Hal yang prinsipil dalam kehidupan masyarakat heterogen mendapatkan hak yang sama dan setara. Jika hal ini tidak terpenuhi maka akan menjadi bom waktu dari rusaknya kepercayaan dan menurunnya tingkat kualitas kerja, tetapi jika dapat terpenuhi maka sekaligus mengusung perdamaian dan keamanan.

Dalam masa pandemi COVID-19 menyerang semua sendi ekonomi, sosial bahkan politik sekalipun. Misi global yang diusung pada peringatan Hari Keadilan Sosial Sedunia adalah mengatasi sejumlah isu seperti diskriminasi, kemiskinan, dan kesetaraan gender, ini sekaligus juga mempromosikan pembangunan sosial dan martabat manusia.

Jikalau kita mau melihatnya keadilan sosial itu dari nilai ideologi berbangsa kita, maka hal itu takkan bisa tercapai jika poin 4, 3, 2 dan 1 dari butir pancasila tak bisa di reinterpretasikan dan direaktualisasikan dengan benar maka impian keadilan itu akan menjadi pepesan kosong. Mari kita kembali pada sila yang pertama, yakni ketuhanan yang maha esa.

ESA merupakan satu tanpa adanya 2. DIA sepanjang masa selalu satu tak pernah berubah, hanya permasalahan waktulah manusia kembali tak mengenal DIA dengan benar, sama halnya manusia punya karakter, nurani dan tabiat yang sama sejak dilahirkan, yang membedakan hanyalah jika mereka belajar tentang sifat dan karakter Penciptanya.

Adil adalah salah satu sifat dan karakter dari Sang Pencipta Alam Semesta, marilah belajar dari Yang Maha Adil, sungguh berkhasanah jika kita belajar kepada yang telah profesional dan sukses kan?. Al Adil merupakan sifat dan karakter ke 29 dari 99 asmaulhusna.


Adil bukan berarti harus sama rata atau sama rasa, tapi semua mempunyai nilai yg sama, sebab DIA Pemilik Langit dan Bumi mengukur segala sesuatunya dengan dasar nilai, mari kita lihat contoh kasus manusia yang diberikan kitab suci secara tekstual sama rata sesuai dengan terjemahan bahasanya, tapi nilai kemanusiaan, kejujuran, keadilan, kearifan dan kebijaksanaan justru banyak tidak melekat pada diri manusia yang diberikan KitabNya. Lebih jelas lagi jika posisi manusia sama nilainya sebagai Hamba dan Sang Maha Kuasa adalah TUANnya.

Disisi lain, Kitab SuciNya selalu mengubah makna yang ingin dimaksud dengan sebuah perkataan yang dimisalkan atau diumpamakan, ini berarti ada perubahan nilai dari makna hakiki dari nilai yang di dimisalkan yang dibutuhkan adalah belajar untuk menemukan nilaiNya.

Mari kita liat pandangan Adil menurut KitabNya;

شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۙ وَا لْمَلٰٓئِكَةُ وَاُ ولُوا الْعِلْمِ قَآئِمًا بِۢا لْقِسْطِ ۗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

"Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 18)

Dari pandangan Empunya Alam Semesta, Al Quran menyatakan, yang dapat menegakkan keadilan adalah orang yang berilmu, dan dia tentu menyerukan hal yang sama bahwa tidak ada Tuan selain DIA.

Siapakah orang berilmu yang dimaksud Allah? Apakah mereka yang paham ilmu ekonomi? Faktanya semua tonggak kepemimpinan baik dari bentuk bangsa, negara, republik, maupun kerajaan ada saja protes ketidakadilan. Penggerak ekonomi makro dalam suatu sistem bernegara tak mungkin lahir dari buta neraca, tak paham bear market, bull market, kebijakan fiskal, produk domestik bruto, deflasi dan inflasi.


Jika kita serius ingin keluar dari ketidakadilan mari belajar dariNya, ternyata orang yang berilmu itu dijawab diayat lainnya oleh Sang Maha Kaya

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّا مِيْنَ بِا لْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰۤى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَا لِدَيْنِ وَا لْاَ قْرَبِيْنَ ۗ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَا للّٰهُ اَوْلٰى بِهِمَا ۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰۤى اَنْ تَعْدِلُوْا ۚ وَاِ نْ تَلْوٗۤا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِ نَّ اللّٰهَ كَا نَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Mengetahui terhadap segala apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 135)

Ternyata orang berilmu yang menegakkan keadilan adalah orang yang beriman, secara prinsip merekalah orang yang giat belajar dari sejarah para utusan Allah. Sehingga sejarah itu masih dapat di reaktualisasikan pada zaman sekarang, sebab pergumulan kehidupan manusia tak ada yang berubah, hanya ada 2 model.

Siapakah orang beriman? Ini pernah dibahas Teodisi diwaktu lampau, silahkan baca kembali, jika yakin inilah jawabannya, maka carilah orang beriman itu.

Orang beriman yang akan menegakkan keadilan sanggup siap menjadi saksi akan kebenaran Allah, dan tentu saja tidak mengikuti hawa nafsunya sehingga menyimpang dari kebenaran, atau pandai dalam memutarbalikkan fakta. Orang beriman hanya punya 1 ketakutan hanya kepada Pemilik Alam Semesta.

Manusia adalah makhluk sosial, tak ada yang mampu hidup sendiri, berevolusi atau bermetamofosis sendiri. Semua terkait dengan manusia lainnya, tak ada ekspomen tanpa komponen, sendiri menjadi 2 orang, kelompok, hingga bernegara.

Pada intinya manusia hidup bersosial butuh keadilan, baik dari sistem yang diterapkan, aturan, perundangan, hingga kepemimpinan. Semua butuh kerjasama, koordinasi dan konsolidasi yang baik, tanpa terpecah kongsi menjadi beberapa fraksi. Jika punya cita cita yang satu maka bersatulah, sebab 1 batang lidi takkan mampu membersihkan banyaknya daun berguguran, tetapu jika lidi itu banyak bersatu diikat dalam suatu kepercayaan, komitmen dan solidaritas yang kuat maka masalah keadilan sosial akan tuntas kita lewati.

Jadi masalahnya bukan pada ranah teknis ekonomi praktis, tapi dari pondasi berfikir dari karakter dan sifatnya dahulu dipreteli, dengan langkah awal mencari siapakah orang beriman itu.

Selamat mencari....

Tafakkur Malam

20022022

02:00Wita

RP

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama

Saran dan Masukan