Term kedua yang digunakan Allah di dalam Al-Quran yang bila dikaji dengan cermat merujuk pada otak manusia adalah kata fu'ad (bentuk tunggal) atau af'idah (bentuk jamak), yang juga dalam terjemah Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia diartikan sama dengan qalb, yaitu hati atau “hati kecil”.
Secara bahasa, kata fu'ad berasal dari kata fad yang berarti gerak atau menaruh dalam gerak. Ada juga yang mengartikan kata fuad dengan hati, tetapi letaknya di dalam qalbu sehingga fu’ad biasa disebut “hati kecil” atau “lubuk hati terdalam”. Hal ini umumnya digunakan dalam disiplin ilmu tasawuf. Di dalam Al-Quran, kata fu’ad disebutkan sebanyak lima kali dan kata af’idah diulang sebanyak sebelas kali.
Bila meneliti satu per satu dari ayat Al-Quran yang menggunakan kata fu’ad, maka dapat dikelompokkan dalam beberapa kajian. Pertama, kata fu'ad selalu dikaitkan dengan indra pendengar (telinga) dan indra penglihat (mata), baik disebutkan bersamaan atau salah satunya saja. Seperti diketahui, indra pendengar dan indra penglihat adalah dua indra utama dari manusia yang menjadi sumber awal informasi atau pengetahuan ke dalam otak manusia. Oleh karena itu, telinga, mata, dan otak adalah tiga institusi terpenting yang dimiliki oleh manusia dalam hubungannya dengan proses transformasi keilmuan. Ketika manusia sudah tidak memfungsikan ketiga sarana tersebut, adalah logis jika Sang Pencipta meminta tanggung jawab dari manusia atas ketiga ni'mat sarana tersebut.
Berikut beberapa ayat yang mengaitkan ketiga sarana dari organ tubuh manusia tersebut, di antaranya:
Al-Quran surat An-Nahl (16) ayat 78:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan af’idah, agar kamu bersyukur.
Al-Quran surat Al-Isra' (17) ayat 36:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan fu'ad, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabannya.
Al-Quran surat Al-Mu'minun (23) ayat 78:
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan, dan af’idah. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
Al-Quran surat As-Sajadah (32) ayat 9:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya Ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan af'idah (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Al-Quran surat Al-Ahqaf (46) ayat 26:
Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan af'idah, tetapi pendengaran, penglihatan, dan af'idah mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.
Al-Quran surat Al-Mulk (67) ayat 23:
Katakanlah: “Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan af’idah”. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
Mayoritas - jika tidak ingin menyebut seluruh-Kitab Tafsir atau Terjemah Al-Quran mengartikan kata fu’ad atau af'idah pada ayat-ayat di atas dengan hati, yakni sesuatu yang berada di dalam qalbu (jantung) yang berada di dalam dada. Jika ayat-ayat di atas dicerdasi, sesungguhnya apa yang Allah sebut dengan istilah fu’ad adalah hal yang terkait dengan organ berpikir pada tubuh manusia. Jika dikatakan ia berada di dalam qalbu, maka qalbu itu sendiri adalah otak manusia yang terdiri dari beberapa bagian otak.
Sudah menjadi mekanisme kerja otak manusia, bahwa semua input yang diterima melalui indra, khususnya telinga dan mata, akan diolah oleh otak dengan supercepat sebelum menghubungkan instruksi selanjutnya kepada organ tubuh lainnya. Bergetarnya atau berdetaknya jantung manusia dengan kencang tatkala ia melihat sesuatu yang menyeramkan, mendengar berita atau suara yang menakutkan, disebabkan oleh instruksi otak yang mengaturnya. Dan secara biologis, organ jantung tidak memiliki fungsi yang terkait dengan pembelajaran atau kesadaran spiritual.
Kedua, dalam kaitannya dengan indra pendengar dan penglihat, kata fu'ad dalam beberapa ayat di atas dihubungkan dengan satu sikap dasar seorang mu'min, yakni pandai bersyukur. Allah menegaskan bahwa faktanya, mayoritas manusia tidak mensyukuri tiga sarana yang Dia amanahkan tersebut. Bersyukur di sini adalah satu sikap yang menyadari bahwa ia harus memfungsikan ketiga sarana inti tersebut sesuai yang diinginkan oleh Sang Pemberi, yakni sebagai sarana mengabdi kepada-Nya, Tuan Semesta Alam. Selain itu bersyukur juga berarti menyadari bahwa segala hal atau anugerah yang diterimanya adalah pemberian dari-Nya, baik yang diterimanya secara langsung atau diterimanya melalui perantaraan pihak ketiga (orang lain atau alam sekitarnya). Untuk itulah, wujud syukur secara lisan diwujudkan dengan ucapan, “Alhamdulillah Rabb Al-Alamin, segala puji hanyalah milik Allah, Tuan Semesta Alam.”
Kata al pada kata al-hamdu secara bahasa disebut al (alif-lam) lil-istighraq, yakni mengandung arti “keseluruhan”. Sehingga, kata albamdu yang ditujukan kepada Allah mengandung makna, bahwa satu-satunya yang berhak menerima segala pujian hanyalah Allah, dan karenanya seluruh pujian harus tertuju dan bermuara hanya kepada-Nya. Secara amaliyah, bentuk bersyukurnya manusia adalah manakala manusia mensyukuri atau memfungsikan sarana, harta, dan diri yang diberikan sesuai keinginan dari Sang Penciptanya. Itulah yang dimaksud “agar kalian bersyukur” pada ayat-ayat di atas.
Ketiga, di samping fu'ad sebagai sarana berpikir, Allah juga membicarakan fu’ad dalam hubungannya dengan pelajaran dan peringatan, baik yang terkait dengan keimanan maupun kekafiran. Beberapa ayat yang dimaksud di antaranya:
AI-Quran surat Al-An'am (6) ayat 110:
Dan (begitu pula) Kami memalingkan af'idah dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.
AI-Quran surat Al-An'am (6) ayat 113:
Dan (juga) agar af’idah orang-orang yang tidak betiman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka kerjakan.
Al-Quran surat Hud (11 ayat 120):
Dan semua kisah dari rasul-rasul yang Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan fu'ad-mu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
Al-Quran surat Al-Furqan (25) ayat 32:
Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah, supaya Kami perkuat fu'ad-mu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).
Demikianlah sekilas gambaran Al-Quran dalam menjelaskan fangsi fu’ad bagi manusia, yang seluruhnya mengarah kepada organ otak manusia. Jika dihubungkan dengan anatomi dan fungsi dari otak manusia sebagaimana dijelaskan oleh para ahli sebelumnya, dapat diasumsikan bahwa yang dimaksud oleh Al-Quran dengan sebutan fu’ad atau af'idah adalah otak lobus frontal (bagian depan dari otak besar manusia) yang memiliki fungsi nalar, fungsi neuropsikiatri, fungsi motorik, dan fungsi intelektual yang tinggi.
Posting Komentar