Oleh: Andi Zulfitriadi (Founder Teodisi.com)
Alam semesta ini adalah maha karya dari Allah yang sekaligus menjadi ‘’Kitab Besar’’ untuk umat manusia. Dia mencipta alam semesta di atas prinsip kebenaran, sehingga manusia tidak akan menemukan sedikit pun cacat atau kebatilan dalam ciptaan-Nya.
Dialah sang maha hidup yang menghidupkan, Dialah pembimbing manusia, yang mengajarkan kitab dan hikmah. Ia memilih siapa yang Ia kehendaki, mengajarkan manusia sesuai garis fitrahnya. Ia menetapkan malam dan siang sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya.
Baca Juga : Tamu Tuhan yang Menyisakan Kertas Koran
Dia tidak pernah berhenti mencipta dan tidak pernah lalai dari tugas dan tanggung jawab-Nya. Sebagai pencipta, pengatur dan pendidik alam semesta.
Allah tidak pernah berhenti untuk berfirman. Sesungguhya setiap saat Dia berkata-kata kepada manusia, baik langsung maupun tidak langsung, fisik material maupun spiritual.
Ekosistem: Alam, Manusia dan Kitab Suci
Ekosistem dan kehidupan sosial merupakan dua hal yang sangat relevan, dimana keduanya memiliki hubungan timbal balik yang saling membutuhkan.
Manusia membutuhkan alam sebagai fasilitas guna melangsungkan aktivitas kehidupan, demikian halnya alam semesta diciptakan sebagai sumber daya pemenuhan kebutuhan manusia.
Berbicara tentang sebuah kondisi yang tak terpisahkan ini, yakni alam dan manusia. Maka Allah menyertakan sebuah life guidance agar manusia hidup dengan pola yang benar, dan memanfaatkan sumber daya yang telah disediakan dalam rangka melaksanakan kontinyuitas pengabdian kepada Allah.
Alam semesta tidak pernah membangkang, mereka beraktivitas berdasarkan fitrah, yakni tunduk dan patuh kepada satu sistem. Inilah kehidupan yang harmonis, yang seharusnya dipelajari oleh manusia, karena telah menjadi fitrah sejak awal penciptaan.
Baca Juga : Seluruh Nabi adalah Muslim
Sistem yang berlaku pada alam semesta, semestinya teraplikasikan kedalam kehidupan manusia. Masyarakat manusia harus diatur kedalam sebuah sistem yang ideal dan sudah teruji. Sistem inilah yang termaktub dalam Alquran, Sehingga menjadi bacaan berbeda dengan yang lainnya.
Alquran merupakan petunjuk untuk mengarahkan manusia kedalam sebuah kehidupan yang sempurna, dimana kesenjangan sosial bisa dihapuskan, keadilan ditegakkan, serta keamanan dan kenyamanan bagi semua makhluk.
Dengan demikian Allah menundukkan semua materi kepada manusia, sebagai wujud nyata penyerahan wewenang agar keseimbangan ciptaannya senantiasa terjaga sesuai dengan undang-undang-Nya.
Agar manusia mencapai tingkat kapabilitas yang sempurna, maka Allah menjadikan manusia secara bertahap; ''Yang telah menciptakan kamu lalu meyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu seimbang''. (Al-Infitar Ayat 7)
Penciptaan, Penyempurnaan dan Penyeimbangan
Penciptaan; adalah sebuah bentuk kerja yang menandakan adanya proses menciptakan manusia dari permulaan, dari tidak ada menjadi ada. ‘’Sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, padahal (sebelumnya) ia belum berwujud sama sekali?’’ (Maryam Ayat 67).
Terjadinya proses ini memang dibawah komando Allah, namun dalam proses penciptaan pihak yang dilibatkan sangat banyak; mulai dari kerja sama aktif laki-laki dan perempuan sampai kepada kontribusi makanan, unsur-unsur bumi dan sebagainya. Sehingga dhomir yang digunakan pada ayat diatas adalah "Kami". Yakni Allah dan segenap ciptaan-Nya.
Pola utama yang tidak mungkin bisa dilanggar adalah manusia diciptakan berdasarkan pertemuan biologis antara sel sperma (laki-laki) dan sel telur (perempuan).
Baca Juga : Apa itu Musyrik ?
Pertemuan antara laki-laki dan perempuan sebagai proses penciptaan manusia, secara jelas; ‘’Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal’’. (Al-Hujurat Ayat 13).
‘’Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)''. (Al-Mu’minun Ayat 12-13).
Setelah melewati penyeleksian yang ketat, sperma yang terpilih melekat di dinding Rahim wanita. Dalam waktu yang ditentukan sperma ini berubah menjadi zigot, selanjutnya berubah menjadi janin, yang kemudian dilengkapi dengan tulang lunak, setelah itu dibalut oleh otot, dan pada waktu yang telah ditentukan (kurang lebih 9 bulan) ketubannya pecah dan keluarlah bayi. (Al-Mu’minun 14).
Penyempurnaan; proses penciptaan manusia sudah berjalan dengan ketentuan Allah. Langkah pengembangan berikutnya adalah menyempurnakan manusia secara fisik (hardware).
Ketidaksempurnaan manusia terletak pada pembawaan yang jika tidak teratasi akan berakibat fatal, seperti; ‘’Kecenderungan lupa’’ (al-Kahfi Ayat 24). ‘’kecenderungan tergesa-gesa’’(Al-Isra Ayat 17). ‘’kecenderungan bodoh’’ (Al-Azhab Ayat 72).
Untuk itu manusia harus disempurnakan secara fisik, dan Allah melengkapinya dengan qalbu, mata dan telinga. Namun jika ketiga institusi ini tidak digunakan sebagaimana fitrahnya, maka pasti akan terjadi kerusakan ekosistem alam dan sosial.
Hal ini dikarenakan manusia tidak mampu melaksanakan pengabdian kepada Allah dengan benar. Oleh sebab itu ketika tiga institusi ini belum bekerja sebagaimana fitrahnya maka manusia akan terus hidup dalam penderitaan, bahkan kata Allah lebih hina dari binatang ternak. (Al-Araf Ayat 179)
Jika manusia tidak dapat mengoptimalkan fasilitas yang telah Allah berikan maka manusia akan berada dalam kondisi terburuk dalam segala aspek kehidupan; ‘’kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya’’ (neraka); (At-Tiin Ayat 5).
Baca Juga : Sejak Kapan Anda Beriman ?
Otak manusia secara fungsi dapat dibagi kedalam tiga bagian, yakni; Cerebrum (otak besar), Cerebellum (otak kecil), Hypothalamus (otak tengah).
Dengan mengamati otak dan hati secara disiplin ilmu fisiologi maka kita akan menemukan fakta bahwa hati berfungsi sebagai pengurai glikogen menjadi glukosa. Tidak ada suatu alasan yang dapat mempertanggungjawabkan pemahaman bahwa qalbu adalah hati, atau hati merupakan sarana untuk mempertimbangkan keputusan.
Penyeimbangan; Secara fisik Allah telah menyempurnakan manusia, namun perangkat-perangkat keras tersebut jika tidak didampingi oleh sistem operasi yang qualified, maka hal yang akan ditimbulkan sangat merugikan makhluk lainnya.
Untuk itu Allah menyeimbangkan perangkat-perangkat keras tersebut dengan perangkat lunak yang disebut sebagai ruh; ‘’Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud’’. (Al-Hijr Ayat 29).
Dia berkendak kepada siapa yang dipilih-Nya sebagai pelaku yang memakmurkan bumi untuk itu Allah meniupkan ilmu-Nya kepada orang-orang pilihan tersebut.
Penempatan ruh adalah cerebellum (otak kecil) atau shudur. Di dalam Alquran secara gamblang kita dapat memahami lokasi ini pada; ‘’Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya’’. (Qaf Ayat 16).
Ruh yang Allah tiupkan merupakan kunci untuk membuka semua pemahaman dan ilmu yang ada di alam semesta ini. Ruh inilah yang menjadi energi potensial untuk menyelaraskan kerja-sama antara cerebrum, cerebellum dan hyphotalamus.
Proses interaksi bolak-balik inilah yang diistilahkan sebagai qalbu (mind system). Jika otak telah berfungsi dengan baik maka semuanya akan berjalan dengan baik.
Dengan demikian manusia sudah kembali kepada fitrah Allah, menjadi manifestasi Allah, yakni memakmurkan bumi, menjaga keseimbangan alam, dan menyejahterakan manusia dalam segala aspek kehidupan.
Posting Komentar