Teodisi.com : Pada dasarnya kemampuan untuk berpikir tentang segala hal, dimiliki makhluk yang bernama manusia. Akan tetapi tidak semua manusia bisa bersyukur terhadap apa yang diberikan oleh Allah kepadanya berupa akal, mata, dan telinga.
Segala yang disajikan oleh lingkungan tempat dimana ia dilahirkan, akan membentuk pribadi sesuai dengan karakter lingkungan tersebut. Termasuk agama mayoritas disekitarnya.
Semuanya itu sudah menjadi kebiasaan sejak kita dilahirkan dan sangat mempengaruhi dalam proses pertumbuhan kita, terutama di lingkungan keluarga, tetangga, dan teman sepergaulan.
Baca Juga: Sejak Kapan Anda Beriman?
Dan hasil dari cetakan lingkungan tersebut tinggal mengikuti, hanya saja dalam prosesnya beberapa orang pasti berbeda. Tergantung apakah menggunakan petunjuk atau tanpa petunjuk. Beragama atau tidak beragama.
Ada beberapa pertanyaan yang membutuhkan penjelasan dan perlu kita ketahui. Pertama, apa pengertian agama? Kedua, bagaimana proses mengenal agama? Ketiga, apakah kita sudah beragama dengan benar?
Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut pasti panjang dan ini sangat erat kaitannya dengan sejarah para nabi dan rasul Allah serta tidak membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Topik utama dari pembahasan ini adalah Din, yang banyak diartikan sebagai agama, dan ini adalah pembahasan yang sangat luas dan di bisa ibaratkan sebuah kendaraan.
Perumpamaan ini kita buat hanya untuk meringankan kita dalam berpikir dan memberikan gambaran bahwa akal kita juga adalah ciptaan yang mempunyai keterbatasan dalam menggapai semua ciptaan Allah yang tanpa batas.
Din yang Hanya Diartikan Agama
Untuk mengetahui penjelasan apa itu Din, mari kita tetap menjadikan Alquran sebagai Miqdarul Haq (standar kebenaran), karena hanya ini yang ditinggalkan Rasulullah Muhammad sebagai pegangan hidup kita.
Serta Alquran lah yang merupakan Ahsanul Hadits yang memiliki keakuratan kebenaran tertinggi; "Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, (Az-Zumar 23).
Kata Din dituliskan berulang-ulang di dalam Alquran, dengan konteks yang berbeda-beda. Di dalam ilmu tata bahasa Arab, kata Din termasuk dalam golongan isim musytarok, yaitu golongan kata (kata benda) atau lafadz yang memiliki banyak arti.
Baca Juga: Islam Bukan Agama
Selain agama Din dapat diartikan pula; kepercayaan, tauhid, ibadah, kesalehan, ketaatan, paksaan, kemenangan, hisab (perhitungan), pembalasan, putusan, kekuasaan, pengaturan (pengurusan), tingkah laku, adat (kebiasaan), hal (keadaan), dan perkara (urusan).
Kata Din dikategorikan sebagai isim musytarok, karena jika dilihat dari beberapa pengertian tersebut di atas, tidak bersifat seperti sebuah sinonim. Misalnya ganteng-tampan, pintar-pandai, dan lain-lain. Tetapi, berbeda antara satu dengan yang lain, lihat misalnya kepercayaan, adat (kebiasaan), atau bahkan dengan agama.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata Din di dalam Alquran tidak hanya di artikan sebagai agama.
H.A.R. Gibb (wafat 1971), seorang pengajar di Oxford dan Harvard. Salah satu pendapatnya yang simpatik adalah ia menyatakan bahwa; Din is indeed much more than a system of theology, it is complete civilization (Din sesungguhnya lebih dari satu sistem teologi, ia adalah peradaban yang sempurna).
Demikianlah golongan kata yang termasuk isim musytarok. Dengan merujuk kepada Alquran, maka kita akan menemukan banyak perbedaan makna Din, namun sebenarnya semua itu dapat diperoleh sebuah kesimpulan yang sama.
Mari kita kaji kata Din yang termaktub dalam Alquran:
(Al-Fatiha ayat 4) دين : Pembalasan
(Yusuf ayat 76) دين : Undang-Undang
(Ali-Imran ayat 83) دين : Agama
Dan beberapa diantaranya Din diterjemahkan dengan banyak makna. Untuk itu mari kita tetap berpegang teguh kepada Alquran sebagai standar untuk meneliti perihal ini;
Maka apakah mereka mencari selain Dien Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (Ali-Imran 83) Pada susunan kata di ayat ini, kita sebenarnya sedang dimudahkan oleh Allah untuk mencari tahu kesimpulan makna Din. Jika memang secara harfiah Din diartikan sebagai agama, maka bagaimana dengan aspek kehidupan yang lain? Bagaimana peran Allah dalam segala aspek kehidupan manusia?
Posting Komentar